Kamis, 01 Maret 2012

MENGUBAH SAMPAH MENJADI EMAS


Bagi sebagian penduduk, bungkus kopi hanyalah sampah yang harus dibuang. Masuk ke tempat sampah lalu berakhir di tempat pembuangan sampah akhir atau terbuang di jalan atau berakhir di dalam tanah menunggu dekomposer mendaur ulang yang akan menghabiskan waktu ratusan bahkan jutaan tahun untuk terurai atau alternatif lain adalah dibakar yang menghasilkan asap dan menambah polusi udara. Tapi ternyata ada cara lain yang bisa digunakan agar bungkus kopi menjadi lebih bermanfaat. Kreatifitas bermain disini. Siapa sangka dari bungkusan kopi yang selama ini dibuang percuma dan hanya menjadi sampah belaka serta menambah polusi ternyata dapat menjadi alternatif pendapatan bagi sebagian masyarakat Indonesia.

Hasil Produk Kami
Dari bungkusan kopi yang tak terpakai ini, tercipta berbagai macam kreasi, misalnya tas. Ya! Tas, bungkusan kopi yang tak terpakai ini ternyata dapat dimanfaatkan untuk menciptakan tas dengan berbagai motif, model dan ukuran. Untuk menghasilkan sebuah tas, tentu saja banyak sekali bungkus kopi yang dibutuhkan. Setidaknya diperlukan lebih dari 100 bungkus kopi hanya untuk membuat sebuah tas saja dengan satu model dan motif serta ukuran tertentu. Bungkus-bungkus kopi ini dikumpulkan menurut kesamaan jenisnya masing-masing, kemudian digunting dan dilipat satu persatu baru kemudian dianyam sesuai motif, model dan ukuran yang diinginkan. Makin besar ukuran tas maka makin banyak pula bungkus kopi yang dibutuhkan. Perlu kesabaran, ketelatenan dan kreatifitas yang tinggi untuk dapat menciptakan tas dari limbah bungkus kopi ini. Bayangkan saja, dari satu merek kopi saja bisa tercipta berbagai motif dan model yang berbeda. Setidaknya empat motif cantik bisa tercipta dari satu merek kopi tertentu. Bayangkan, berapa banyak bungkus kopi dari begitu banyak merek yang bisa digunakan untuk membuat kerajinan tangan ini dan pastinya bisa mengurangi jumlah sampah plastik yang sampai saat ini masih terus dicari cara mendaur ulangnya untuk mengurangi polusi.

Tidak hanya menciptakan kreatifitas, pemanfaatan limbah bungkus kopi ini juga dapat menjadi sumber rupiah bagi para pengrajin. Satu buah tas dapat dijual dengan harga antara 20-30 ribu rupiah per buah. Harga yang cukup lumayan untuk sebuah tas hasil olahan limbah tak terpakai. Ini membuktikan bahwa limbah yang diolah secara kreatif ternyata dapat menjadi sumber penghasian tambahan bagi para pengrajin. Terlebih lagi jika masyarakat Indonesia sudah mengerti dan menerapkan prinsip Bring Your Own Bag (bawa tas sendiri) untuk berbelanja, pastinya kerajinan tangan ini akan sangat laku dipasaran. Selain motifnya yang catik, terkadang orang tidak menyadari bahwa tas hasil anyaman para pengrajin ini terbuat dari bungkus kopi karena kretifitas para pengrajin dapat menyamarkan merek dari bungkus kopi yang digunakan sehingga konsumen tidak perlu cemas akan terlihat menggunakan tas dari bungkus bekas kopi.

Jika saat ini seluruh dunia sedang menggalakkan program Go Green atau 3Rs (Reduce, Reuse, Recycle) untuk mengurangi dampak polusi dibumi, maka kerajinan tangan dengan memanfatkan limbah bungkus kopi ini bisa jadi merupakan salah satu alternatif yang sangat membantu terlaksananya program ini. Karena jika untuk membuat satu tas saja membutuhkan setidaknya lebih dari dari 100 bungkus kopi, maka berapa banyak bungkus kopi yang tidak harus dibuang atau dibakar. Hal ini sangat membantu mengurangi polusi udara dan polusi tanah akibat limbah plastik yang sulit diuraikan kembali. Ini baru dari bungkus kopi saja, bayangkan jika bungkus bekas makanan ringan juga digunakan untuk kerajinan ini dan tidak hanya digunakan untuk membuat tas saja melainkan digunakan untuk membuat hal lain misalnya untuk taplak meja atau tudung saji. Hal ini sangat menggembirakan bagi para pecinta lingkungan juga bagi para pengrajin karena hasil kerjanya mendulang rupiah tapi juga sudah berpartisipasi dalam program Go Green.

Jika para pengrajin ini mendapat dukungan dari setidaknya pemerintah daerah, maka kerajinan ini dapat berkembang menjadi industri kecil yang dapat menyerap tanaga kerja dan mengurangi angka pengangguran. Mungkin untuk saat ini yang diperlukan oleh para pengrajin adalah pemasaran. Ketika program Go Green sudah dilaksanakan dan pemerintah mulai menyarankan penduduk untuk setidaknya mulai membawa tas sendiri setiap kali berbelanja (Bring Your Own Bag) untuk mengurangi penggunaan plastik, maka tas dari anyaman bungkus kopi ini bisa menjadi pilihan dan akan semakin berkembang. Kerajinan tangan dari limbah bungkus kopi ini tidak hanya mendukung program Go Green tapi juga bisa menjadi alternatif lapangan pekerjaan dan dapat mengurangi jumlah pengangguran dan juga bisa menjadi jalan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia. Semoga saja pemerintah mau mendukung para pengrajin anyaman ini.